Jumat, 22 April 2011

kurikulum 1984


KURIKULUM KETERAMPILAN PROSES
KURIKULUM 1984
Struktur Kurikulum Tahun 1984 pada Sekolah Dasar
No
Mata Pelajaran
Kelas
1
2
3
4
5
6
1.
Pendidikan agama
2
2
2
2
3
3
2.
Pendidikan Moral Pancasila
2
2
2
2
2
2
3.
PSPB 1)
1
1
1
1
1
1
4.
B. Indonesia 2)
8/7
8/7
8/7
8/7
8/7
8/7
5.
IPS
-
-
2
3
2
2
6.
Matematika
6
6
6
6
6
6
7.
IPA
2
2
3
4
4
4
8.
Olah raga dan kesehatan
2
2
3
3
3
3
9.
Kesenian
2
2
3
4
4
4
10.
Keterampilan khusus
2
2
4
4
4
4
11.
B. Daerah 3)
2
2
2
2
2
2

JUMLAH
26/27/28
26/27/28
33/34/35
36/37/38
36/37/38
36/37/38
Catatan:
1) Diberikan setiap caturwulan III
2) Pada caturwulan I dan II diberikan 8 jam / minggu, caturwulan III diberikan 7 jam / minggu
3) Daerah / sekolahyang memberikan bidang studi Bahasa Daerah
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach, yang senada dengan tuntukan GBHN 1983 bahwa pendidikan harus mampu mencetak tenaga terdidik yang kreatif, bermutu, dan efisien bekerja. Kurikulum 1984 tidak mengubah semua hal dalam, kurikulum 1974, meski mengutamakan proses tapi faktor tujuan tetap dianggap penting. Oleh karena itu kurikulum 1984 disebut kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi Siswa dalam kurikulum 1984 diposisikan sebagai subyek belajar. Dari hal-hal yang bersifat mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan, menjadi bagian penting proses belajar mengajar, inilah yang disebut konsep Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
 Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(a) Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
(b) Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
(c) Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
(d) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
(e) Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari sederhana menuju ke kompleks.
(f) Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran.
(2) Kebijakan Dalam Penyusunan Kurikulum 1984
Kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut :
(a) Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti
Kalau pada Kurikulum 1975 terdapat delapan pelajaran inti, pada Kurikulum 1984 terdapat enam belas mata pelajaran inti. Mata pelajaran yang termasuk kelompok inti tersebut adalah : Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa dan Kesusasteraan Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika, Biologi, Matematika, Bahasa Inggris, Kesenian, Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Sejarah Dunia dan Nasional.
(b) Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-masing.
(c) Perubahan program jurusan
Kalau semula pada Kurikulum 1975 terdapat 3 jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, maka dalam Kurikulum 1984 jurusan dinyatakan dalam program A dan B
Program A terdiri dari :
i. A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika
ii. A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi
iii. A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi
iv. A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya
Sedangkan program B adalah program yang mengarah kepada keterampilan kejuruan yang akan dapat menerjunkan siswa langsung berkecimpung di masyarakat. Tetapi mengngat program B memerlukan sarana sekolah yang cukup maka program ini untuk sementara ditiadakan.
(d) Pentahapan waktu pelaksanaan
Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas I SMA berturut tahun berikutnya di kelas yang lebih tinggi.








kurikulum 1975


 KURIKULUM 1975
Struktur kurikulum 1975 di sekolah dasar
No
Mata Pelajaran
Kelas
Keterangan
1
2
3
4
5
6
Di kelas I dan
II, 1 jam
pelajaran = 30
menit.
Di kelas III s.d.
VI, 1 jam
pelajaran = 40
menit.
1.
Pendidikan agama
2
2
2
2
2
2
2.
Pendidikan Moral Pancasila
2
2
3
4
4
4
3.
B. Indonesia
8
8
8
8
8
8
4.
IPS
-
-
2
2
2
2
5.
Matematika
6
6
6
6
6
6
6.
IPA
2
2
3
4
4
4
7.
Olah raga dan kesehatan
2
2
3
3
3
3
8.
Kesenian
2
2
3
4
4
4
9.
Keterampilan khusus
2
2
4
4
4
4

JUMLAH
26
26
33
36
36
36

Catatan:
1.Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan Kependudukan diintegrasikan ke
 dalam beberapa bidang studi yang relevan.
2. Bahasa daerah merupakan bagian bidang studi Bahasa Indonesia, khusus bagi sekolah-
sekolah yang memerlukan bahasa daerah. Khusus bagi daerah yang memerlukan pendidikan bahasa daerah, disediakan waktu 2 jam pelajaran seminggu dari kelas I sampai dengan kelas VI.
3. Di kelas I dan II, 1 jam pelajaran = 30 menit. Di kelas III ke atas, 1 jam pelajaran = 40
 menit.

Struktur Kurikulum SMP tahun 1975

Program
Pendidikan
No.
Bidang studi
Kelas
I
II
III
1
2
3
4
5
6
Pendidikan
Umum
1.
2.
3.
Pendidikan Agama
Olah Raga Kesehatan
Pendidikan Kesenian
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
Pendidikan
Akademis
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Bahasa Indonesia
Bahasa Daerah
Bahasa Inggris
Ilmu Penget. Sosial
Matematika
Ilmu Penget. Alam
5
(2)
4
6
5
4
5
(2)
4
6
5
4
5
(2)
4
6
5
4
5
(2)
4
6
5
4
5
(2)
4
6
5
4
5
(2)
4
6
5
4
Pendidikan
Keterampilan

10.
11.

Pilihan terikat
Pilihan bebas
6
-
-
6
6
-
-
6
6
-
-
6
Jumlah jam pelajaran per-minggu
37/39
37/39
37/39
37/39
37/39
37/39

Struktur Kurikulum SMA tahun 1975

Program
Bidang Studi
Masa Orie
ntasi
JURUSAN
IPA
IPS
BAHASA
KELAS
I
II
III
I
II
III
I
II
III
SEMESTER
2
3
4
5
6
2
3
4
5
6
2
3
4
5
6
Pendidikan
Umum
Pend. Agama
Pend. Moral
Pancasila
Olahraga/
Kesehatan
Pend.Kesenian
2
2

2

2

2
2
2
2
2
2
2
-
2
-
2
2

2

2
2
2

2

2
2
2

2

2
2
-

2

-
2
-

2

-
2
2

2

2
2
2

2

2
2
2

2

2
2
-

2

-
2
-

2

-

Pendidikan
Akademis
Matematika
B.Indonesia
B. Inggris
Ilmu P.Alam
Ilmu P.Sosial

Wajib
Metematika
Bah. Indonesia
Bah. Inggris
6
4
4
6
3
3
53
3

53
3
53
3
33
4
33
3
33
3
34
3
24
3
26
5
26
6
26
6
-
77
-
7
7

IPA
IPS
BAHASA















Mayor
Fisika
Kimia
Biologi
TB/HD
Ekonomi/kop
Sejarah
Geografi
B.Asing
Sejarah
Geografi/Antr
B.Daerah
2
2
2
-
3
3
2
-
3
3
3
-
4
4
4
-
4
4
4
-
4
2
4
-
4
4
3
-
4
4
3
-
6
4
-
3
6
4
-
3
2
-
3
2
2
-
2
2
2
-
2
2
4
5
-
-
4
5
-
-
Minor
Menggmbr
Menggmbr
Menggmbr















(Pilih-an)
Bumi
antariksa
Bhs.Asing
IPA
B.asing
IPS
Eko/Kop















Pendidikan Keterampilan
-
-
Pilihan pra vokasionil
Pilihan Penunjang
4
3
4
3
4
3
-
7
-
7
4
3
4
3
4
3
-
7
-
7
4
3
4
3
4
3
-
7
-
7


37
9
Jam/Minggu
Jumlah Mata Pelajaran
37
36
13
10
37

13
37

13
36

10
36

10
37

13
37

13
37

13
36

10
36

10
37

13
37

13
37

13

36

10



Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan pendekatan-pendekatan di antaranya sebagai berikut.
1.     Berorientasi pada tujuan
2.     Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
3.     Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
4.     Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
5.     Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
Kurikulum 1975 didasari konsep SAS (Structural, analysis, sintesis). Anak menjadi pintar karena paham dan mampu menganalisis sesuatu yang dihubungkan dengan mata pelajaran di sekolah. Kurikulum 1975 juga dimaksudkan untuk menyerap perkembangan ilmu era 1970-an. Selain memperkuat matematika, pelajaran teoritis IPA juga dipertajam. Jam pelajaran yang tadinya 41 jam per minggu, menjadi 43 jam. Pelajaran IPA menjadi gabungan dari Ilmu Hayat dan Ilmu Alam. Sisi positif kurikulum ini adalah, “ilmu-ilmu dasar yang diserap siswa SD pada masa itu menjadi semakin berkembang”. Akan tetapi dampak dari kurikulum 1975 adalah banyak guru menghabiskan waktunya untuk mengerjakan tugas administrasi, seperti membuat TIU, TIK, dan lain-lain; sedangkan substansi materi uang akan diajarkan kurang didalami.
Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur :
(1) Tujuan institusional baik SMP maupun SMA
Tujuan Institusional adalah tujuan yang hendak dicapai lembaga dalam melaksanakan program pendidikannya
(2) Struktur program Kurikulum
Struktur program adalah kerangka umum program pengajaran yang akan diberikan pada tiap sekolah.
(3) Garis-Garis Besar Program Pengajaran
Sesuai dengan namanya, Garis-Garis Besar Program Pengajaran, pada bagian ini dimuat hal-hal yang berhubungan dengan program pengajaran, yaitu :
(a) Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti program pengajaran yang bersangkutan selama masa pendidikan.
(b) Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam setiap satuan pelajaran baik dalam satu semester maupun satu tahun.
(c) Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk dijadikan bahan pelajaran bagi para siswa agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
(d) Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun pelajaran satu ke tahun pelajaran berikutnya dan dari semester satu ke semester berikutnya.
(4) Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
Sistem PPSI ini berpandangan bahwa proses belajar-mengajar sebagai suatu system yang senantiasa diarahkan pada pencapaian tujuan. Sistem pembelajaran dengan pendekatan system instruksional inilah yang merupakan pembaharuan dalam system pengajaran di Indonesia.
(5) Sistem Penilaian
Dengan melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu. Inilah yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya yang memberikan penilaian pada akhir semester atau akhir tahun saja.
(6) Sistem Bimbingan dan Penyuluhan
Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yang tidak sama. Di samping itu mereka mereka memerlukan pengarahan yang akan mengembagkan mereka menjadi manusia yang mampu meraih masa depan yang lebih baik. Dalam kaitan ini maka perlu adanya bimbingan dan penyuluhan bagi para siswa dalam meniti hidupnya meraih masa depan yang diharapkanya.
(7) Supervisi dan Administrasi
Sebagai suat lembaga pendidikan memerlukan pengelolaan yang terarah, baik yang digunakan oleh para guru, administrator sekolah, maupun para pengamat sekolah. Bagaimana teknik supervisi dan administrasi sekolah ini dapat dipelajari pada Pedoman pelaksanaan kurikulum tentang supervise dan administrasi.
Ketujuh unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang mewarnai Kurikulum 1975 sebagai suatu sistem pengajaran.